"ROAD 2 MAKASSAR"
- Visit Makassar 2011 -
Hari Pertama, 6 Maret 2011, 09.00 - 13.00 WITA.
Perjalanan dalam rangka dinas diawali pada hari Minggu tanggal 6 Maret 2011 menuju ke Makassar - Sulawesi Selatan. Tetapi walau ini merupakan perjalanan dinas, tiada salah sebelum acara resmi waktu yang ada dimanfaatkan untuk backpackeran ke tempat-tempat wisata yang ada di Makassar dan sekitarnya.
Dengan menggunakan pesawat Lion Air dan dapat harga promo karena sudah memesannya seminggu sebelumnya, dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta dengan menempuh perjalanan selama 2 jam, akhirnya pesawat mendarat dengan tiada kejadian apapun di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar pada jam 09.00 WITA. Setelah istirahat sebentar sambil berjalan keluar Bandara, disambut dengan tawaran untuk taxi dan mobil rental lainnya untuk siap mengantarkan kita kemana aza. Mencoba untuk mencari informasi untuk mengawali perjalanan "Road 2 Makassar" ini adalah menuju Taman Wisata Alam Bantimurung - Maros, terutama untuk transportasi menuju kesana. Tawaran dari para calo dan supir taxi dan rentalan, rata-rata untuk mengantarkan kesana membutuhkan biaya antara Rp80.000,00 s.d. Rp100.000,00, sama dengan kalo kita minta diantar ke Kota Makassar.
Sesuai rencana ini adalah perjalanan backpackerku di Makassar, aku mencari informasi menuju ke Taman Wisata Alam Bantimurung dengan transportasi umum, misalnya angkutan kota (di Sulawesi ini dikenal dengan Pete-Pete) yang ada di depan/gerbang bandara. Jarak antara bangunan bandara ke depan gerbang jalan umum cukup jauh, kurang lebih 4 km sehingga tidak mungkin untuk ditempuh dengan berjalan, panas bro ... Sebenarnya ada moda transportasi dari gerbang bandara ke dalam bandara atau sebaliknya yang gratis, disediakan oleh pengelola bandara yaitu bis kecil, tetapi akan lama untuk menunggu bis itu berangkat. Akhirnya aku memilih untuk naik ojek saja, awalnya sang ojek minta Rp15.000,00 untuk sampai ke depan gerbang tetapi setelah di tawar dapat Rp10.000,00 saja. Berangkaaatt ....
Sampai di pintu gerbang atau jalan utama yang menghubungkan Kota Maros dengan Kota Makassar (dan merupakan jalan utama trans Sulawesi), perjalanan menuju Taman Wisata Alam Bantimurung dengan Pete-pete (=Angkot) menuju Pasar Maros selama kurang lebih 20 menit. dan biaya sebesar Rp5.000,00. Dari Pasar Maros berganti Pete-pete langsung menuju Taman Wisata Alam Bantimurung dengan menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, juga dengan biaya Rp5.000,00. Iritkan dibandingkan dengan harus menggunakan taxi yang mencapai Rp80.000,00, dengan ojek dan pete-pete cukup Rp20.000,00 saja kita sudah sampai di Taman Wisata Alam Bantimurung.
Pete-pete yang aku tumpangi mengantarkan sampai dengan pintu masuk ke Taman Wisata Alam Bantimurung, terlihat sudah banyak pengunjung karena memang hari libur waktunya rekreasi keluarga, dan cukup banyak juga pasangan muda-mudi atau rombongan pemuda-pemudi yang berada disini. Di depan pintu masuk berjajar souvenir, warung makan dan jagung bakar yang mengundang selera. Tapi nanti saja untuk jajannya sudah ingin segera untuk memasuki taman nasional yang terkenal ini.
Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp10.000,00 untuk orang dewasa, merupakan langkah pertama untuk menikmati suasana Taman Wisata Alam Bantimurung. Untuk cerita selanjutnya dapat dilihat foto-foto berikut ini, karena dengan fotolah cerita lebih berbicara.
Beberapa souvenir khas dari TN Bantimurung adalah Kupu-Kupu yang telah diawetkan, juga terdapat beberapa souvenir lainnya seperti kaos dan gantungan kunci.
Sekilas Tentang Taman Nasional Bantimurung
Wallace juga menjuluki kawasan ini sebagai area raja kupu-kupu (the kingdom of butterfly) karena kawasan ini juga terdapat beberapa gua, diantaranya Gua Mimpi, gua ini mempunyai lorong yang panjangnya 1500 meter dengan ornamen-ornamen yang unik dan menakjubkan.
Kawasan Karst
Di Kabupaten Maros terdapat Kecamatan Bantimurung dan termasuk salah satu dari karst Indonesia yang memiliki keindahan, keunikan, flora dan fauna, nilai-nilai ilmiah dan sosial budaya yang tinggi. Karst Maros tergolong karst Menara atau sering disebut karst Tropika Klasik yang menyebar dari utara hingga selatan yang luasnya sekitar 30.000 hektar.
Lubang yang diyakini dan dipercaya penduduk setempat sebagai tempat Sholat dan Bersemedi bagi Raja-Raja di Batinmurung
Selanjutnya, setelah dirasa cukup menikmati suasana Taman Wisata Alam Bantimurung ini, aku pun bergegas untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Makassar, tentunya masih menggunakan moda transportasi yang murah meriah, yaitu Pete-pete (www.angkot.com). Tujuan yang akan diburu pertama adalah tujuan utama yang telah dirancang sebelum keberangkatan yaitu sisa-sisa kolonialisme Belanda Benteng Ujung Pandang atau lebih dikenal dengan Fort Rotterdam. Cerita tentang perjalanan disini akan ditulis pada bagian berikutnya dari cerita "Road 2 Makassar".
Dengan menggunakan pesawat Lion Air dan dapat harga promo karena sudah memesannya seminggu sebelumnya, dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta dengan menempuh perjalanan selama 2 jam, akhirnya pesawat mendarat dengan tiada kejadian apapun di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar pada jam 09.00 WITA. Setelah istirahat sebentar sambil berjalan keluar Bandara, disambut dengan tawaran untuk taxi dan mobil rental lainnya untuk siap mengantarkan kita kemana aza. Mencoba untuk mencari informasi untuk mengawali perjalanan "Road 2 Makassar" ini adalah menuju Taman Wisata Alam Bantimurung - Maros, terutama untuk transportasi menuju kesana. Tawaran dari para calo dan supir taxi dan rentalan, rata-rata untuk mengantarkan kesana membutuhkan biaya antara Rp80.000,00 s.d. Rp100.000,00, sama dengan kalo kita minta diantar ke Kota Makassar.
Sesuai rencana ini adalah perjalanan backpackerku di Makassar, aku mencari informasi menuju ke Taman Wisata Alam Bantimurung dengan transportasi umum, misalnya angkutan kota (di Sulawesi ini dikenal dengan Pete-Pete) yang ada di depan/gerbang bandara. Jarak antara bangunan bandara ke depan gerbang jalan umum cukup jauh, kurang lebih 4 km sehingga tidak mungkin untuk ditempuh dengan berjalan, panas bro ... Sebenarnya ada moda transportasi dari gerbang bandara ke dalam bandara atau sebaliknya yang gratis, disediakan oleh pengelola bandara yaitu bis kecil, tetapi akan lama untuk menunggu bis itu berangkat. Akhirnya aku memilih untuk naik ojek saja, awalnya sang ojek minta Rp15.000,00 untuk sampai ke depan gerbang tetapi setelah di tawar dapat Rp10.000,00 saja. Berangkaaatt ....
Sampai di pintu gerbang atau jalan utama yang menghubungkan Kota Maros dengan Kota Makassar (dan merupakan jalan utama trans Sulawesi), perjalanan menuju Taman Wisata Alam Bantimurung dengan Pete-pete (=Angkot) menuju Pasar Maros selama kurang lebih 20 menit. dan biaya sebesar Rp5.000,00. Dari Pasar Maros berganti Pete-pete langsung menuju Taman Wisata Alam Bantimurung dengan menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, juga dengan biaya Rp5.000,00. Iritkan dibandingkan dengan harus menggunakan taxi yang mencapai Rp80.000,00, dengan ojek dan pete-pete cukup Rp20.000,00 saja kita sudah sampai di Taman Wisata Alam Bantimurung.
Pete-pete yang aku tumpangi mengantarkan sampai dengan pintu masuk ke Taman Wisata Alam Bantimurung, terlihat sudah banyak pengunjung karena memang hari libur waktunya rekreasi keluarga, dan cukup banyak juga pasangan muda-mudi atau rombongan pemuda-pemudi yang berada disini. Di depan pintu masuk berjajar souvenir, warung makan dan jagung bakar yang mengundang selera. Tapi nanti saja untuk jajannya sudah ingin segera untuk memasuki taman nasional yang terkenal ini.
Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp10.000,00 untuk orang dewasa, merupakan langkah pertama untuk menikmati suasana Taman Wisata Alam Bantimurung. Untuk cerita selanjutnya dapat dilihat foto-foto berikut ini, karena dengan fotolah cerita lebih berbicara.
Beberapa souvenir khas dari TN Bantimurung adalah Kupu-Kupu yang telah diawetkan, juga terdapat beberapa souvenir lainnya seperti kaos dan gantungan kunci.
Sekilas Tentang Taman Nasional Bantimurung
Taman Wisata Alam Bantimurung terletak di lembah bukit kapur (karst) yang curam. Lokasinya di Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, sekitar 12 km dari Kota Maros. Pada tahun 1856-1857, seorang naturalis Inggris terkemuka bernama Alfred Russel Wallace pernah tinggal di kawasan ini. Ia juga meneliti 150 jenis kupu-kupu langka yang tidak dijumpai di daerah lain. Jenis kupu-kupu langka itu adalah Papilio and Rocles.
Wallace juga menjuluki kawasan ini sebagai area raja kupu-kupu (the kingdom of butterfly) karena kawasan ini juga terdapat beberapa gua, diantaranya Gua Mimpi, gua ini mempunyai lorong yang panjangnya 1500 meter dengan ornamen-ornamen yang unik dan menakjubkan.
Kawasan Karst
Di Kabupaten Maros terdapat Kecamatan Bantimurung dan termasuk salah satu dari karst Indonesia yang memiliki keindahan, keunikan, flora dan fauna, nilai-nilai ilmiah dan sosial budaya yang tinggi. Karst Maros tergolong karst Menara atau sering disebut karst Tropika Klasik yang menyebar dari utara hingga selatan yang luasnya sekitar 30.000 hektar.
Akses masuk jalan utama kawasan wisata Bantimurung
Kawasan wisata bagi keluarga dengan aneka permainan untuk anak-anak dan keluarga yang lain.
Salah satu Gua yang di Taman Wisata Alam Bantimurung adalah Gua Batu, perlu menempuh dengan menaiki tangga menyusuri air terjun setinggi 118 anak tangga dan menyusuri sungai sejauh 800 meter hingga mencapai mulut gua.
Lubang yang diyakini dan dipercaya penduduk setempat sebagai tempat Sholat dan Bersemedi bagi Raja-Raja di Batinmurung
Selanjutnya, setelah dirasa cukup menikmati suasana Taman Wisata Alam Bantimurung ini, aku pun bergegas untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Makassar, tentunya masih menggunakan moda transportasi yang murah meriah, yaitu Pete-pete (www.angkot.com). Tujuan yang akan diburu pertama adalah tujuan utama yang telah dirancang sebelum keberangkatan yaitu sisa-sisa kolonialisme Belanda Benteng Ujung Pandang atau lebih dikenal dengan Fort Rotterdam. Cerita tentang perjalanan disini akan ditulis pada bagian berikutnya dari cerita "Road 2 Makassar".
Perjalanan Singkat di Taman Wisata Alam Bantimurung Maros Sulawesi Selatan
Reviewed by Massaputro Delly TP.
on
Kamis, Maret 10, 2011
Rating:
Belum sempat mutar-mutar ke luar kota Makassar, kalau ada kesempatan lain Banti Murung kayaknya bisa jadi target.
BalasHapuswahhhhhhh.....
BalasHapusasik juga nih. kapan ya bisa liburan kesini lagi ?