Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, Catatan Perjuangan Kesultanan Banten (Bagian II)

Sambungan dari Bagian I.

Banten sebagai Pusat Perdagangan.

Kerajaan Islam Banten sebagai salah satu kerajaan maritim di Nusantara menjadikannya sebagai ajang transaksi perdagangan lokal dan internasional. Pelabuhan Banten menjadi pelabuhan pemberangkatan, persinggahan, dan tujuan dagang. Selain itu Banten menjadi tempat pertemuan para pedagang dari berbagai bangsa dan pusat perdagangan di Asia Tenggara bahkan Asia. Menurut cacatan Cornelis de Houtman tahun 1596 di Banten telah tinggal berbagai bangsa yang mengadakan jual beli ataupun tukar menukar barang (barter).

Bangsa asing yang berdagang di Banten pada saat itu antara lain Persia, Arab, Keling, Koja, Pagu, China, Melayu, Eropa, dan sebagainya. Barang-barang yang diperdagangkan di Banten ialah sutra, beludru, porselin, kertas, emas, dan kipas (China), kaca, gading, permata (keling), batu delima, obat-obatan, minyak zaitun, permadani, minyak wangi (Persia dan Arab), tekstil halus dan kasar (Gujarat), dan lain sebagainya.

Sementara itu, pedagang-pedagang lokal yang ikut meramaikan Banten antara lain: Bugis, Jawa, Madura, Bali, Banjar, Indramayu, Cirebon, dan sebagainya. Sedangkan penduduk Banten menyediakan buah-buahan, sayur mayur, madu guci, beras, keris, tombak, gambir, lada, dan rempah-rempah lainnya.


Perlengkapan Pertanian, Perkebunan dan Perikanan

  • Koleksi Numismutika
Koleksi Numismutika merupakan koleksi yang berupa mata uang. Koleksi yang ada di museum ini berupa mata uang yang dicetak di Banten Lama sendiri maupun mata uang asing seperti dari China, VOC, dan Inggris.


Berbagai jenis uang logam yang ditemukan dan timbangan emas.

  • Koleksi Etnografika
Koleksi etnografika yang terdapat pada museum Banten Lama Berupa koleksi alat tenun. Koleksi ini merupakan alat tenun yang ada di daerah Banten sejak Banten sebelum Islam sampai sekarang masih digunakan. Selain itu juga terdapat sejumlah benda-benda tradisional dari daerah Banten seperti pakaian, senjata, dan alat kesenian.


Pakaian Kesultanan dan Perhiasan



Persenjataan

Persenjataan
Sebagai kesultanan yang aktif dalam jalur niaga laut regional dan internasional, Banten berusaha mempertahankan kedaulatannya dengan membentuk pertahanan, yang diantaranya berupa benteng, kanal dan juga berusaha melengkapi prajuritnya dengan persenjataan yang layak pada masanya, seperti tombak, keris, pedang, dan juga senjata api, terutama meriam yang pada masa itu adalah teknologi militer paling mutakhir. Dilihat dari jenis senjata-senjata yang ditemukan itu menandakan bahwa Kesultanan Banten telah mengenal teknologi perang pada masa tertentu. Berbagai jenis senjata yang ditemukan di bawah reruntuhan bangunan menandakan bahwa betapa dahsyatnya pertempuran Kesultanan Banten dalam menentang perlawanan koloni bangsa Belanda. Pertempuran terjadi pada tahun 1813 dengan pembumihangusan terhadap Benteng Surosowan.


Alat kesenian Debus dan Peti perhiasan

Kotak Peti
Kotak-kotak peti ini diduga digunakan sebagai wadah barang-barang berharga. Hal tersebut dilihat dari pola hias di kulit peti yang cukup raya, pola hiasnya dibuat dengan mengukir ataupun merekatkan bahan-bahan seperti kulit kerang. Motif pola hiasnya memperlihatkan motif dari luar Banten, sehingga keberadaan peti ini juga memperlihatkan hubungan niaga Banten yang cukup luas dengan wilayah-wilayah lain.

  • Koleksi Seni Rupa
Koleksi Seni Rupa yang menjadi koleksi museum ini umumnya lukisan yang menceritakan sejumlah peristiwa di Banten Lama. Koleksi seni rupa ini antara lain sketsa kegiatan pasar pada masa lalu, lukisan tentang utusan duta besar Kesultanan Banten yang melawat ke Negara Inggris Raya, suasana Tasikardi, diorama suasana musyawarah tahun 1596, pelabuhan Banten tahun 1596, suasana pasar Karangantu, lukisan keterangan tentang urutan Sultan-Sultan yang menjabat pada waktu itu dan lain sebagainya.



Lukisan Utusan Duta Besar dari Sultan Banten kepada Kerajaan Ingris Raya pada tahun 1682 dan Patung Pandai Emas, proses pembuatan assesoris dari logam emas dengan mempergunakan cara tradisional, telah berlangsung di Banten. Pada masa Kesultanan Banten para pengrajin dipusatkan di kampung Kamasan Kecamatan Kramatwatu.


Lukisan pasar Karangantu di sisi timur luar Keraton Surosowan pada tahun 1596


Diorama olahraga tradisional sepak takraw dan Latihan perang tentara abad 17 M.


Suasana di Taman Tasikardi, pada masa Sultan Muhammad Syifa Zainal Asyikin, taman Tasikardi dipakai untuk menerima tamu dari Belanda, tamu tersebut ialah Cornellis de Bruin. Dalam penyambutan tamu itu disuguhkan tari tayuban khas Banten.



Gambaran sedang menabuh gamelan tahun 1596 dan teknologi industri gerabah yang berkembang di Kota Banten, memberikan gambaran tentang pesatnya industri gerabah. Hal ini terlihat dari berbagai jenis temuan gerabah, baik jenis-jenis gerabah yang digunakan sebagai unsur bengunan, alat-alat rumah tangga, perhiasan, dan wadah pelebur logam. Sebagai bukti kemajuan teknologi, selama ekskavasi arkeologis (penggalian) di situs Banten, dari tahun 1976 sampai tahun 1984 telah dicatat jenis ragam hias yang terdapat pada berbagai temuan gerabah lokal.

Kesenian
Keberadaan kesenian di Banten pada masa lalu, dapat diamati dari sisa-sisa peninggalan, misalnya saja gamelan, rebab, rebana, dan kendang. Jenis-jenis alat musik itu biasanya digunakan untuk mengiringi tari, pencak silat, debus dan kanuragan lainnya. Kesenian tradisional yang berkembang sampai saat ini merupakan kesinambungan seni-seni yang berakar dari masa prasejarah (Baduy dari Kenekes), masa Hindu seperti Dodod (dogdog lojor di Maja-Saketi, Pandeglang), dan seni Gondang (lisung Dewi Sri di Panimbang, Pandeglang).


Bersambung ke Bagian III.
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, Catatan Perjuangan Kesultanan Banten (Bagian II) Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, Catatan Perjuangan Kesultanan Banten (Bagian II) Reviewed by Massaputro Delly TP. on Jumat, Januari 28, 2011 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
close