Sambungan dari ...
Danau Toba, Danau Vulkanik Penuh Pesona
Hari Kedua
10 Desember 2011 jam 07.00 WIB rombongan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Banten dengan kekuatan 33 orang telah berada di atas kapal feri/wisata, kapal yang bersandar di dermaga hotel meluncur dengan cuaca cerah mengarungi 'lautan' Danau Toba menuju Pulau Samosir. Suasana ceria tergambar di wajah-wajah peserta rombongan setelah beristirahat semalaman dari perjalanan melelahkan dari Serang hingga Danau Toba ini.
Perjalanan dengan kapal feri ditempuh selama kurang lebih 45 menit, kami bersandar di salah satu dermaga yang ada di Pulau Samosir, tetapi bukan di Tomok. Sesuai kata pendamping travel kami, disini merupakan salah satu perkampungan tua yang terbuka untuk umum, sehingga dapat mengenal budaya dan kondisi masyarakat di Pulau Samosir dahulu kalanya.
|
Pelabuhan Wisata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir |
Dari dermaga ini perjalanan dilanjutkan menuju perkampungan adat, dengan melewati berbagai kios yang menjajakan berbagai barang souvenir seperti kaos, patung-patung, gantungan kunci, dan berbagai macam benda lainnya.
Suasana Objek Wisata Budaya Batu Kursi Raja Siallagan yang penuh misteri, berbagai penjelasan diberikan tentang budaya dan adat yang mewarnai kehidupan masyarakat di daerah ini menambah bulu kuduk semakin berdiri, merinding dengan hamparan aura tersirat ... sangat disarankan untuk tetap menjaga sopan santun dan berbicara selama berada di perkampungan ini.
Dalam salah satu rumah dijadikan museum berbagai peralatan yang digunakan oleh masyarakat setempat, dari mulai alat tenun hingga kendang. Disini jelas adanya kemandirian dari kehidupan masyarakat sejak dahulu, selain bercocok tanam, untuk kaum perempuan selain mengurus rumah dan anaknya disibukkan juga dengan menenun. Hingga saat ini tenun dari daerah Sumatera Utara dikenal dengan Tenun Ulos.
Lengkap sudah pernyataan penuh mistik tentang Pulau Samosir, dengan cerita dari pendamping kami dengan cara memperagakan adegan-adegan budaya masyarakat setempat, seperti dengan hukum pancung bagi panglima yang kalah perang dan sisi-sisi kepercayaan animisme.
|
Masyarakat Adat di Pulau Samosir ini pun telah memiliki "buku primbon" sebagai pedoman tata krama dan menjaga adat leluhur secara turun temurun. |
|
Sistem kalender pun sudah dikenal dengan tuas-tuas kayu berjumlah 12 menunjukkan 12 bulan |
|
Produk tenun masyarakat asli yang dikenal dengan ulos |
|
Pemahat patung-patung souvenir bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya |
|
Tugu Raja |
Yang perlu diperhatikan selama di Pulau Samosir ini, selain menjaga sikap tindak tanduk dan ucapan, terutama dalam berbelanja barang souvenir hendaknya berhati-hati. Kesan "memaksa" dari para penjual itu yang Saya rasakan, sebaiknya bila Anda benar-benar hendak membeli baru menawar, kalo hanya sekedar bertanya atau menawar tanpa niat membeli sebaiknya tidak dilakukan. Bila perlu tawar hingga 60% dari harga pembuka, para penjual disini tidak semuanya warga asli, ada juga pendatang karena dibawa kesini oleh istri atau suaminya yang merupakan penduduk setempat.
Sekitar jam 09.30 WIB kami sudah meninggalkan Pulau Samosir menuju daratan Parapat lagi, karena sesuai rencana jam 11.00 WIB sudah harus meninggalkan Danau Toba menuju Kota Medan, sesampainya di penginapan di Parapat waktu yang tersisa tidak disiasiakan untuk memacu andrenalin di perairan Danau Toba dengan Jetski .....
Tidak ada komentar: