20 November 2009 kembali akoe menjejakkan langkah ini di Kota Medan, kota dengan sejuta penuh kenangan bagi koe. Tak terlewatkan jejak langkah ini untuk kembali melewati jalan-jalan kota Medan yang ramai dan padat. Sebagai salah satu kota tersibuk di Indonesia, pantaslah sudah hiruk pikuk kota bagi kaum urban berada dan beraktifitas di kota ini.
Dengan menggunakan Becak Motor (kendaraan khas yang hanya ada di tanah Sumatera, itupun terbatas hanya Sumatera Bagian Utara dan Barat), keliling mengitari Kota, melewati debu-debu jalanan Ibukota Provinsi Sumatera Utara ini. Tempat berlabuhnya aktifitas masyarakat dari berbagai penjuru sekitar Medan.
Masjid Raya Al-Mashun
Sasaran yang akoe tuju pertama kali adalah Masjid Raya Al-Mashsun. Mesjid ini sebagai Lambang Kota Medan. Mesjid terindah memiliki nilai budaya, sejarah dan terbesar di Sumatera Utara. Mesjid ini dapat menampung 1500 jemaah untuk melaksanakan Sholat setiap hari. Mesjid ini dibangun oleh Sultan Makmun Al Rasyid di desain oleh DENGIMANS dari Belanda dengan gaya Moorish dan berdiri pada tahun 1906. Banyak turis dari berbagai Negara didunia selalu mengunjungi Mesjid ini. Dan dipergunakan pertama kali ada tanggal 19 September 1909.
Masjid Al-Mashun sudah beberapa kali mengalami renovasi untuk memelihara keindahan dan fungsi utamanya sebagai sarana ibadah umat Muslim di Kota Medan maupun bagi wisatawan dan penziarah pemakaman keluarga kesultanan yang berada di area Masjid.
ISTANA MAIMON
Setelah dirasa cukup bernostalgia di Masjid Al-Mashun dan menunaikan sholat sunnah, akoe melanjutkan perjalanan ke Istana Maimoon yang jaraknya cukup dekat dengan Masjid Al-Mashun.
Istana ini merupakan salah satu objek wisata utama di kota Medan. Istana ini dibangun pada tahun 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah memerintah dari tahun 1873-1924. Arsiteknya TH Van Erp bekerja sebagai tentara KNIL. Rancangannya melambangkan Bangunan Tradisional Melayu dan India Muslim, sedangkan gaya arsiteknya perpaduan antara Indonesia, Persia dan Eropa, Dihalaman istana ini terdapat Meriam Puntung yang merupakan bagian dari Legenda Istana Maimon.
Akoe akan disambut dengan hangat oleh pihak Keluarga Kesultanan yang berada di Istana Maimoon, dan diharapkan memberikan sumbangan ala kadarnya secara ikhlas berapapun nilainya buat ikut memelihara dan merawat Istana bersejarah ini. Berfoto-foto adalah momen yang tak terlewatkan, dan sangat luar biasa memang sambutan yang diberikan oleh pihak keluarga Istana. Mereka dengan sukarela menawarkan diri untuk menjadi fotografernya,tentunya dengan kamera yang akoe miliki sendiri. Selain itu, ditawarkan juga baju adat istana yang merupakan replika pakaian kebesaran Sultan Deli sewaktu masih bertahta.
Dengan membayar sewa senilai Rp15.000,00 akoe mengenakan pakaian tersebut sesuka hati untuk berfoto ria di Kursi Sultan dan Singgasananya ... jadilah akoe Sultan Deli ....
Waktu terus bergulir dan akhirnya akoe pun harus meninggalkan Istana Maimoon ini dengan berat hati, masih terasa dalam benak ini tatkala akoe kecil sering bersepeda disekitarnya. Sungguh, sangat disayangkan dulu tahun 1980-an belum jamannya digital, belum ada kamera digital yang dapat mengabadikan kecilkoe bermain di Istana ini. Bila ada, tentunya foto itu dapat disandingkan dengan foto yang sekarang.
Dan akhirnya, akoe pun menyelesaikan kunjungankoe di Kota Medan. Tentunya tak lupa untuk membeli oleh-oleh bagi kelurga di rumah, tentunya khas Kota Medan: Bika Ambon, Sirup Markisa, dan Sirup Terong Belanda. Kapankah akoe dapat kembali untuk melihatmu? ... Medan, Sejuta Kenangan Lahir Disini.
Medan, Sejuta Kenangan Lahir Disini
Reviewed by Massaputro Delly TP.
on
Selasa, Mei 25, 2010
Rating:
Tidak ada komentar: