Alhamdulillah pada bulan Agustus 2018 berkesempatan mengunjungi negeri sahabat Viet Nam. Saya tidak menulis Vietnam (satu kata) tetapi Viet Nam (dua kata) karena secara resmi di negerinya sana memang penulisan nama negaranya adalah Viet Nam. Kunjungan ini merupakan kunjungan dengan paspor biru, alias kunjungan dinas dalam rangka International Benchmarking dari kegiatan diklat Reform Leader Academy (RLA) Angkatan XIII yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Teknis dan Fungsional Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia.
Keberangkatan rombongan dimulai pada tanggal 14 Agustus 2018 dan direncanakan kami di Viet nam hingga tanggal 18 Agustus 2018. Berhubung ini merupakan perjalanan dinas luar negeri, tidak terlalu banyak yang dapat saya rencanakan untuk melakukan aktivitas sendiri. Terikat dengan jadwal kunjungan yang begitu padat tertera pada buku saku panduan dari panitia penyelenggara.
Menggunakan SingAir dari Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta menuju Singapura dan penerbangan dilanjutkan dengan menunpang SilkAir dari Singapura ke Hanoi Viet Nama. Penerbangan ini memakan waktu kurang lebih tujuh jam termasuk waktu transit di Singapura.
Singkat cerita, banyak informasi yang saya peroleh begitu sulitnya mencari makanan halal di Hanoi yang akhirnya menuntut saya harus searching keberadaan tempat makan halal. Secara terjadwal sebenarnya kami sudah disediakan makanan sehari tiga kali dan diinformasikan halal oleh pendamping tavel kami selama di Hanoi. Tetapi sepertinya saya tidak begitu saja percaya.
Malam pertama di negeri Viet Nam kami makan di restoran tempat kami menginap, Lan Vien Hotel. Sajian makan malam begitu lancar ludes tersantap karena habis melakukan penerbangan yang begitu melelahkan.
Keesokan harinya, ternyata menu sarapan di hotel yang sama kami mendapati ada sajian non-halalnya. Disinilah mulai ada keraguan untuk terus menikmati makan pada restoran tersebut, akhirnya pilihan untuk mengganjal perut di pagi hari adalah roti, dan roti terus hingga waktu kepulangan untuk menu sarapan saya.
Untuk makan siang, tidak mengalami kendala karena kami disajikan ala restoran halal yang berada di kota Hanoi, seperti Red House dan Batavia Restourant & Cafe. Info tentang keduanya dapat searching di google, saya tidak akan mengulasnya.
Permasalahan timbul tatkala makan malam harus di restoran Lan Vien Hotel kembali. Keraguan sudah muncul dikala menu sarapan memaksa saya untuk mencari alternatif makan di luar hotel. Pilihan pertama jatuh pada warung hala yang berada di samping Masjid An Noor Hanoi, sekaligus menunaikan sholat magrib disana. Gagal, karena warung tersebut sudah tutup, walaupun tertera tutupnya jam 19.30 waktu Hanoi (sama dengan WIB), tetapi kadang sudah tutup lebih cepat melihat kondisi pengunjung sebelumnya (info ini diterima pada hari kedua).
Kegagalan ini menuntun ke pilihan kedua yaitu PK Spice Restaurant. Restoran ala India dan Pakistan pun saya jangkau dari Masjid An Noor menggunakan angkutan online. Menu yang dipilih adalah nasi goreng ala Pakistan. Ternyata sajiannya cukup banyak untuk satu orang dan saya pun tidak sanggup menghabisinya.
Dihari kedua baru saya bisa menikmati Seafood Noodle Soup di Warung Halal samping Masjid An Noor. Rata-rata hidangan di Hanoi harganya antara 100 ribu hingga 150 ribu Dong (satuan uang Viet nam), bila di rupiahnya antara 80 ribu hingga 120 ribu. Cukup mahal sebenarnya bila dibandingkan dengan rumah makan setaraf di Indonesia.
Kesimpulan saya, untuk menu restoran di hotel sebaiknya tidak percaya begitu saja terkait kehalalannya, cek dan ricek lagi. Kalau memang ragu lebih baik makan di luar hotel dengan sertifikat halal resmi yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga resmi di negeri Viet Nam.
Berburu Makan Halal Di Hanoi Viet Nam
Reviewed by Massaputro Delly TP.
on
Selasa, September 04, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: