Perjalanan Dan Atraksi di Rayon Gunung Payung, Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang, Banten, Indonesia



Jalan Setapak dari Cibom

Ada tiga jalan setapak yang dimulai dari Cibom:

1. Menuju Tanjung Layar dan Ciramea.

2. Menuju Ciramea, Sanghiang Sirah dan Cibunar.

3. Menuju Cidaon/Pulau Peucang dan Nyawaan juga dari Cidaon menuju Cibunar.

Waktu yang ditempuh ke setiap lokasi adalah untuk sekali jalan dan bukan waktu tempuh pulang pergi.

Waktu, Jarak dan Skala Tempuh

Catatan waktu terlampir adalah berdasarkan pada waktu tempuh rata-rata, untuk memperkirakan seluruh waktu tempuh rata-rata, dalam suatu perjalanan, ditambah sekitar 25% pada waktu tempuh sesungguhnya, termasuk 15 menit istirahat berhenti untuk setiap satu jam perjalanan.

Skala 1, Jala yang rata dan mudah.

Skala 2, Perjalanan dengan beberapa tanjakan ringan.

Skala 3, Perjalanan yang sukar di daerah pantai atau di hutan-hutan lebat.

Skala 4, Perjalanan dengan beberapa tanjakan dan turunan yang curam.

Skala 5, Perjalanan dengan tanjakan dan turunan yang curam dan panjang.

Rute sepanjang daerah pantai akan lebih mudah pada saat gelombang kecil, perjalanan pada daerah pasir basah dan melintasi sungai-sungai sebaiknya pada saat air laut surut. Pada saat-saat yang sukar dalam menyusuri jalan setapak hendaknya tetap mengikuti arah yang diberikan oleh penunjuk jalan anda.

JALUR PERTAMA

Cibom ke Tanjung Layar

25 menit - 1,2 km - Skala 1
Jalan setapak menyusuri garis pantai dengan rute jalan angkutan yang dibangun untuk kepentingan Mercusuar. Melewati sejumlah tempat-tempat bersejarah, juga mercusuar yang ada sekarang (bisa masuk dengan izin petugas setempat) dan ke lokasi bersejarah Tanjung Layar.

Tanjung Layar ke Ciramea

1,5 jam - 5 km - Skala 3
Di selatan Tanjung Layar jalan setapak mengikuti daerah pantai yang berbatu, melintasi hutan pantai dan menyusuri daerah berpasir menuju daerah Pantai Ciramea. Pantai ini biasanya dijadikan tempat bertelur bagi penyu-penyu. Dari shelter Ciramea terdapat jalan setapak sebagai alternatif menuju kembali ke Cibom (50 menit - 2,5 km - Skala 2).

JALUR KEDUA

Cibom ke Ciramea

50 menit – 2,5 km – Skala 2
Jalan setapak sedikit mendaki melalui hutan hujan yang asri, sebelum perjalanan sampai di daerah pantai dengan pemandangan indah dan pantai pasir putih Ciramea. Di Pantai ini biasanya dapat diamati penyu hijau Chelonia mydas mendarat untuk bertelur di pasir putih.

Ciramea ke Sanghiang Sirah

4 jam – 8 km – Skala 4
Dari Ciramea rute jalan menuju selatan sepanjang pantai, kemudian menuju daratan melalui hutan dan bukit berbatu enyatu dengan garis pantai tepat di utara Sanghiang Sirah.

Diantara tebing curam dan debur ombak yan spektakuler, daerah berbatu dengan laut yang luas adalah Tanjung Sanghiang Sirah sebaai tempat yang banyak dikunjungi peziarah tempat ini pula menurut certa dahulu Pangeran Kian Santang berangkat menuju Mekkah dan kembalike Jawa membawa ajaran agama Islam.

Sanghiang Sirah ke Cibunar

4,5 jam – 12 km – Skala 5
Dari daerah perkemahan di dekat Sanghiang Sirah terdapat jala setapak mendaki menuju puncak Gunung Payung melintasi daerah-daerah bukit dan tebing (naik turun) hingga berakhir di Sungai Cibunar.

JALUR KETIGA

Cibom ke Cidaon

2 jam – 5,5 km – Skala 2
Jalan setapak mengikuti garis pantai, melintasi sejumlah sungai-sungai kecil, melalui hutan hujan pantai, menuju padang rumput Cidaon yang berhadapan dengan Pulau Peucang, tempat dimana banteng, rusa, babi hutan merumput. Jalan setapak ini berlanjut menuju Nyawaan, atau ke selatan melalui hutan memotong semenanjung menuju ke Cibunar.

Cidaon ke Nyawaan

5 jam – 10 km – Skala 3
Setelah melintasi Sungai Cijungkulon jalan setapak melalui hutan hujan dan sungai Citerjun yang mengalir menuju pantai dimana dapat dilihat bentukan batu stalagtit, kemudian jalan selanjutnya mendaki memasuki hutan, sebelum perjalanan berakhir menuju sebuah pantai dimana terdapat Pos Jaga Nyawaan.

Cidaon ke Cibunar

3 jam – 7,5 km – Skala 2
Dari padang rumput Cidaon terdapat jalan setapak yang melintasi hutan, dimana beraneka ragam binatang liar bisa ditemui, banyak sungai-sungai kecil yang terlewati dengan jalan bervariasi baik ke kaki bukit kemudian turun hingga tiba di lokasi Sungai Cibunar. Di pinggir padang rumput yang luas terdapat tebing batu endapan berbentuk menyerupai tangga sangat fantastic di garis pantai selatan. Di tepi muara sungai Cibunar terdat sebuah shelter dan sebuah areal perkemahan di sekitar Pos Jaga Cibunar.

PETUNJUK UNTUK MENGURANGI PENGARUH

Petunjuk ini menjelaskan bagaimana anda bisa mengurangi sekecil mungkin pengaruh anda terhadap Taman Nasional Ujung Kulon dan pengunjung lain. Dengan bantuan anda, Taman akan tetap indah dan tidak terlupakan bagi semua orang yang pernah berkunjung.

  • Usaha agar membentuk kelompok kecil. Kelompok yang besar tidak sesuai dengan keheningan.
  • Rencana perjalanan untuk mengurangi sampah. Usahakan tidak membawa botol dan kaleng.
  • Bawalah barang seperlunya. Bawalah barang yang tidak perlu lagi keluar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Menanam sampah tidak baik karena bisa digali oleh hewan.
  • Tetaplah pada jalur jalan. Usahakan tidak merusak lingkungan.
  • Gunakan areal perkemahan yang tersedia. Dilarang merusak tumbuh tumbuhan dan mengganggu binatang.
  • Jangan Menggunakan sabun deterjen di sungai. Buanglah air cucian jauh dari sungai dan aliran ke dalam tanah.
  • Pembuangan sampah toilet. Pilihlah tempat yang jauh dari air, sumur dan galilah lobang dangkal untuk dekomposisi biologis dengan lapisan tanah serta tutup lobang tersebut dengan humus dan tanah.
  • Pakai kompor portable. Kayu mati adalah bagian penting dari siklus ekosistem.
  • Hargailah keramahan petugas. Pos-pos penjagaan adalah rumah dan basis kerja mereka, hargailah bila mengunjungi mereka.
  • Hormatilah tempat-tempat bersejarah dan budaya. Tempat-tempat ini telah berabad-abad menyaksikan keberadaan manusia dan masih menyimpan nilai-nilai keagamaan dan spiritual yang benar. Hormatilah tradisi setempat pada saat berkunjung.
  • Dilarang mengambil apapun dari Taman Nasional. Semua yang ada di dalam kawasan Taman Nasional dalam bentuk, macam dan jenis apapun seperti satwa liar, ikan, tumbuhan, koral, karang batuan dan lain lain, semuanya dilindungi oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 mengenai Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dilarang untuk dibunuh, dilukai, dirusak, atau diambil dari Taman Nasional.
Sumber: Pusat Informasi Taman Nasional Ujung Kulon dan berbagai sumber

Lihat Juga:
Perjalanan Dan Atraksi di Rayon Gunung Payung, Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang, Banten, Indonesia Perjalanan Dan Atraksi di Rayon Gunung Payung, Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang, Banten, Indonesia Reviewed by Massaputro Delly TP. on Jumat, Juli 09, 2010 Rating: 5

1 komentar:

  1. wah lengkap banget dahh..
    nek ginikan jadi enak,
    thx banget dah bwt infonya

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.
close