Indonesia sangat kaya akan keindahan alamnya, baik kawasan pantai maupun pegunungannya. Tersebar sepanjang gugusan pulau-pulau besar maupun kecil, dan bahkan masih banyak yang tersembunyi, artinya belum disentuh dengan modernisasi dan pengelolaan baik dari Pemerintah maupun oleh masyarakat sekitarnya. Padahal potensi ini sangat besar bila dikelola dengan baik dan menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat setempat.
Salah satu pulau yang sedang bergeliat untuk menjadi ikon pariwisata adalah Kepulauan Biawak. Kepulauan Biawak adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Pulau Biawak terletak di sebelah utara semenanjung Inrdamayu sekitar 40 kilometer dari pantai utara Indramayu, dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu.
Kepulauan Biawak, terdiri atas tiga buah pulau, yaitu:
Pulau Biawak
Pulau Candikian
Pulau Gosong
Pulau biayawak adalah salah satu tempat pariwisata yang menarik untuk dikunjungi. Daratan seluas 120 hektar ini juga kaya dengan tanaman bakau yang hijau dan rapat dipandang dari ketinggian. Nama kepulauan ini diambil dari banyaknya satwa biawak yang hidup di kepulauan ini.
Kepulauan ini dapat ditempuh sekitar 3 sampai dengan 4 jam menggunakan perahu motor dari pelabuhan Karangsong, Indramayu, Indramayu. Pulau ini terkenal sebagai objek wisata bahari dengan taman laut dan ikan hias yang indah serta terumbu karang yang asri.
Pulau Biawak
Sesungguhnya nama pulau tersebut adalah Pulau Rakit, tetapi oleh Pemkab Indramayu dinamakan Pulau Biawak karena di pulau ini banyak dijumpai satwa liar yang justru menjadi ciri khasnya, yakni biawak (Varanus salvator). Satwa ini tergolong unik karena hidup di habitat air asin. Setiap menjelang matahari terbenam, puluhan biawak dengan panjang antara 20 centimeter hingga 1,5 meter terlihat berenang di tepian pantai. Satwa-satwa itu memang tengah berburu ikan untuk kebutuhan makannya.
Selain disebut sebagai pulau Biawak, pulau ini juga disebut sebagai Pulau Menyawak dan Pulau Bompyis.
Pulau itu memiliki pesona wisata yang unik, karena karangnya yang masih 'perawan ' dan hidup. Di antara keempat pulau itu, hanya Pulau Biawak yang masih utuh dalam segalanya. Sedangkan tiga pulau lainnya hanya berupa hamparan pulau karang semata. Pulau Gosong, misalnya, kondisinya rusak karena jutaan meter kubik material karangnya diambil untuk pengurukan lokasi kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan.
Keberadaan pulau ini sangat berbahaya bagi alur pelayaran kapal-kapal laut yang melintas di kepulauan tersebut. Maka tak heran, bangsa Belanda semasa menjajah kepulauan Indonesia, mendirikan bangunan menara mercusuar. Mercusuar dengan ketinggian sekitar 65 meter itu dibangun oleh ZM Willem pada 1872. Hingga kini, bangunan itu masih berfungsi untuk memandu kapal-kapal besar maupun kecil yang melintas. Melihat usia bangunan tersebut, mercusuar itu diperkirakan seumur dengan mercusuar di Pantai Anyer.
Pulau Gosong dan Candikian
Selain Pulau Biawak, kawasan ini juga menawarkan kecantikan Pulau Gosong dan Pulau Candikian. Pulau Gosong berjarak tempuh sekitar setengah jam dari Pulau Biawak. Pulau Candikian juga berjarak 30 menit dari Pulau Biawak. Berbeda dengan Pulau Biawak, kedua pulau ini tak berpenghuni. Bahkan, Pulau Gosong yang sebenarnya lebih luas dari Pulau Biawak hanya tersisa beberapa meter persegi. Pulau itu sering digunakan untuk bertapa dengan tujuan mencari kekayaan dan sejenisnya. Pulau ini "hilang" akibat pengerukan untuk pembangunan Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan Exor I sekitar tahun 1980-an.
Melihat potensi alamnya, kawasan ini bisa memuaskan para pemburu kenikmatan wisata. Pulau cantik itu saat ini benar-benar masih perawan. Untuk perjalanan sekitar empat jam dari Indramayu ke lokasi itu, misalnya, belum tersedia perahu khusus. Kalaupun menyewa, pengunjung harus merogoh kocek sekitar Rp 750.000 untuk perahu nelayan berkapasitas sekitar sepuluh orang. Selain itu, juga belum ada dermaga yang memudahkan pengunjung mencapai bibir pantai saat air pasang. Selain itu, juga belum ada rumah-rumah peristirahatan yang bisa disewa wisatawan.
Perjalanan Backpacker's Indonesia
Melihat potensi tersebut, saya bersama rekan-rekan yang tergabung dalam Backpacker's Indonesia (BPI) berkeinginan untuk segera mengunjungi pesona yang dimiliki Kepulaun Biawak tersebut. Pada tanggal 21 September 2012 dengan meeting point Terminal Bis Pulogadung Jakarta dengan waktu yang disepakati adalah jam 20.00 WIB, tepatnya di Pos Polisi Terminal Pulogadung. Dan akhirnya sekitar jam 22.00 WIB kami pun berangkat menggunakan bis non AC ke Indramayu, waktu perjalanan yang dibutuhkan sekitar 4 jam.
Jam 02.00 WIB akhirnya kami pun sampai di Indramayu, setelah istirahat sebentar sambil koordinasi dengan 'guide' kami, perjalanan dilanjutkan dengan elf sewaan menuju dermaga atau pelabuhan Indramayu. Tidak terlalu jauh dari pemberhentian bis, hanya sekitar 30 menit kami sampai di dermaga dan langsung melakukan persiapan dan berkemas dengan perahu motor yang tentunya telah dipersiapkan, karena jumlah rombongan besar (23 orang), dibagi dalam dua perahu yang masing-masing berisi 10-11 orang saja.
Tanpa menunggu matahari terbit, kami pun berlayar dalam kegelapan malam, singkat cerita setelah matahari mulai terasa hangat di badan sekitar jam 08.00 WIB, kami pun mendarat di Pulau Gosong yang memang menjadi tujuan pertama kami. Disini kami langsung disuguhkan pemandangan yang sangat indah, hamparan pasir putih dan sisa-sisa karang dengan laut yang membiru dan hijau.
Salah satu pulau yang sedang bergeliat untuk menjadi ikon pariwisata adalah Kepulauan Biawak. Kepulauan Biawak adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Pulau Biawak terletak di sebelah utara semenanjung Inrdamayu sekitar 40 kilometer dari pantai utara Indramayu, dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu.
Kepulauan Biawak, terdiri atas tiga buah pulau, yaitu:
Pulau Biawak
Pulau Candikian
Pulau Gosong
Pulau biayawak adalah salah satu tempat pariwisata yang menarik untuk dikunjungi. Daratan seluas 120 hektar ini juga kaya dengan tanaman bakau yang hijau dan rapat dipandang dari ketinggian. Nama kepulauan ini diambil dari banyaknya satwa biawak yang hidup di kepulauan ini.
Kepulauan ini dapat ditempuh sekitar 3 sampai dengan 4 jam menggunakan perahu motor dari pelabuhan Karangsong, Indramayu, Indramayu. Pulau ini terkenal sebagai objek wisata bahari dengan taman laut dan ikan hias yang indah serta terumbu karang yang asri.
Pulau Biawak
Sesungguhnya nama pulau tersebut adalah Pulau Rakit, tetapi oleh Pemkab Indramayu dinamakan Pulau Biawak karena di pulau ini banyak dijumpai satwa liar yang justru menjadi ciri khasnya, yakni biawak (Varanus salvator). Satwa ini tergolong unik karena hidup di habitat air asin. Setiap menjelang matahari terbenam, puluhan biawak dengan panjang antara 20 centimeter hingga 1,5 meter terlihat berenang di tepian pantai. Satwa-satwa itu memang tengah berburu ikan untuk kebutuhan makannya.
Selain disebut sebagai pulau Biawak, pulau ini juga disebut sebagai Pulau Menyawak dan Pulau Bompyis.
Pulau itu memiliki pesona wisata yang unik, karena karangnya yang masih 'perawan ' dan hidup. Di antara keempat pulau itu, hanya Pulau Biawak yang masih utuh dalam segalanya. Sedangkan tiga pulau lainnya hanya berupa hamparan pulau karang semata. Pulau Gosong, misalnya, kondisinya rusak karena jutaan meter kubik material karangnya diambil untuk pengurukan lokasi kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan.
Keberadaan pulau ini sangat berbahaya bagi alur pelayaran kapal-kapal laut yang melintas di kepulauan tersebut. Maka tak heran, bangsa Belanda semasa menjajah kepulauan Indonesia, mendirikan bangunan menara mercusuar. Mercusuar dengan ketinggian sekitar 65 meter itu dibangun oleh ZM Willem pada 1872. Hingga kini, bangunan itu masih berfungsi untuk memandu kapal-kapal besar maupun kecil yang melintas. Melihat usia bangunan tersebut, mercusuar itu diperkirakan seumur dengan mercusuar di Pantai Anyer.
Pulau Gosong dan Candikian
Selain Pulau Biawak, kawasan ini juga menawarkan kecantikan Pulau Gosong dan Pulau Candikian. Pulau Gosong berjarak tempuh sekitar setengah jam dari Pulau Biawak. Pulau Candikian juga berjarak 30 menit dari Pulau Biawak. Berbeda dengan Pulau Biawak, kedua pulau ini tak berpenghuni. Bahkan, Pulau Gosong yang sebenarnya lebih luas dari Pulau Biawak hanya tersisa beberapa meter persegi. Pulau itu sering digunakan untuk bertapa dengan tujuan mencari kekayaan dan sejenisnya. Pulau ini "hilang" akibat pengerukan untuk pembangunan Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan Exor I sekitar tahun 1980-an.
Melihat potensi alamnya, kawasan ini bisa memuaskan para pemburu kenikmatan wisata. Pulau cantik itu saat ini benar-benar masih perawan. Untuk perjalanan sekitar empat jam dari Indramayu ke lokasi itu, misalnya, belum tersedia perahu khusus. Kalaupun menyewa, pengunjung harus merogoh kocek sekitar Rp 750.000 untuk perahu nelayan berkapasitas sekitar sepuluh orang. Selain itu, juga belum ada dermaga yang memudahkan pengunjung mencapai bibir pantai saat air pasang. Selain itu, juga belum ada rumah-rumah peristirahatan yang bisa disewa wisatawan.
Perjalanan Backpacker's Indonesia
Melihat potensi tersebut, saya bersama rekan-rekan yang tergabung dalam Backpacker's Indonesia (BPI) berkeinginan untuk segera mengunjungi pesona yang dimiliki Kepulaun Biawak tersebut. Pada tanggal 21 September 2012 dengan meeting point Terminal Bis Pulogadung Jakarta dengan waktu yang disepakati adalah jam 20.00 WIB, tepatnya di Pos Polisi Terminal Pulogadung. Dan akhirnya sekitar jam 22.00 WIB kami pun berangkat menggunakan bis non AC ke Indramayu, waktu perjalanan yang dibutuhkan sekitar 4 jam.
Jam 02.00 WIB akhirnya kami pun sampai di Indramayu, setelah istirahat sebentar sambil koordinasi dengan 'guide' kami, perjalanan dilanjutkan dengan elf sewaan menuju dermaga atau pelabuhan Indramayu. Tidak terlalu jauh dari pemberhentian bis, hanya sekitar 30 menit kami sampai di dermaga dan langsung melakukan persiapan dan berkemas dengan perahu motor yang tentunya telah dipersiapkan, karena jumlah rombongan besar (23 orang), dibagi dalam dua perahu yang masing-masing berisi 10-11 orang saja.
Tanpa menunggu matahari terbit, kami pun berlayar dalam kegelapan malam, singkat cerita setelah matahari mulai terasa hangat di badan sekitar jam 08.00 WIB, kami pun mendarat di Pulau Gosong yang memang menjadi tujuan pertama kami. Disini kami langsung disuguhkan pemandangan yang sangat indah, hamparan pasir putih dan sisa-sisa karang dengan laut yang membiru dan hijau.
Di Pulau Gosong ini, suasana sangat menakjubkan. Kita berada hanya di pulau kecil sedangkan sekitarnya lautan luas. Dan tak terasa lapar pun menyerang, dengan nasi goreng ala perahu, maksudnya nasi goreng yang dibuat oleh awak perahu yang membawa kami sungguh terasa nikmat. Menjelang siang dan setelah puas menikmati di pulau ini, pelayaran pun dilanjutkan menuju Pulau Biawak.
Di Pulau Biawak, langsung disambut dengan menara mercu suarnya, dan telah dilengkapi pula dengan sebuah dermaga panjang menjorok ke laut. Hal ini karena pantai Pulau Biawak yang landai untuk beberapa meter.
Disambut oleh Petugas Penjaga Mercusuar, sekaligus penjaga pulau ini, kami dihantarkan ke tempat dimana kami akan bermalam selama di Pulau Biawak ini. Melihat kondisi yang ada, sedang dilakukan perbaikan besar-besaran pada rumah dinas yang ada di Pulau Biawak ini, hal ini dilakukan memang kondisinya yang telah rusak parah, saat kami disana pekerjaan perbaikan rumah dinas tersebut sudah mencapai 80%, sedangkan yang menjadi tempat penginapan kami sudah selesai 100%.
Berikut adalah beberapa aktivitas yang dilakukan selama di Pulau Biawak:
Sambutan selamat datang di Pulau Biawak ... :)
Pemandangan Pulau Biawak dilihat dari puncak Mercusuar
Suasana makan malam ala barbeque di dermaga
Pagi di Pulau Biawak
Bermain dengan penduduk asli ...
Pagi itu, rencananya setelah makan pagi kami berencana untuk siap-siap meninggalkan pulau ini. Ternyata dari awak kapal yang membawa kami menyampaikan bahwa kapal sedang kandas di pantai karena air laut sedang surut. Dan kami baru bisa melaut kembali sore harinya setelah air laut pasang kembali dan kapal dapat terapung. Karena waktu begitu panjang dan menanti sore hari, dipergunakan oleh beberapa rekan untuk sekedar jalan-jalan kembali di sekitar pulau dan bahkan dipergunakan untuk istirahat.
Sore harinya, sekitar jam 15.00 WIB kapal baru bisa dapat di "evakuasi" dan berlayarlah kembali kami menuju Pulau Jawa. Sampai di dermaga Indramayu sekitar jam 20.00 WIB, waktunya makan malam, setelah itu perjalanan dilanjutkan menggunakan kendaraan umum (angkot) menuju Lohbener untuk selanjutnya perjalanan menggunakan bis umum yang berasal dari Cirebon menuju Jakarta.
Demikian cerita singkat eksotisme Pulau Biawak, keindahan panorama, petualangan, dan kesunyian sangat terasa selama di pulau tersebut.
Pulau Biawak, Sebuah Perjalanan Eksotik
Reviewed by Massaputro Delly TP.
on
Sabtu, Januari 19, 2013
Rating:
Jadi kangen pak manto hehehe, jujur kangen tidur di dermaga berselimut bintang2
BalasHapussaya belum sempat berkunjung ke sini nih, pak.. semoga deh bs segera ke pulau biawak :))
BalasHapus