
Pandemi
virus corona
atau
COVID-19
melanda dunia, tidak terkecuali Indonesia, telah membuat krisis sektor
kesehatan. Setiap hari selalu diberitakan orang terkonfirmasi positif COVID-19
maupun meninggal dunia. Keganasan virus yang dimulai penyebarannya dari Wuhan
China telah mengakibatkan orang harus berdiam diri di rumah. Badan kesehatan
dunia atau WHO mengkampanyekan jaga jarak, atau di kenal dengan istilah
social distancing atau physical distancing, sebagai salah satu
protokol kesehatan dalam menghadapi virus ini.
Salah satu penerapan social distancing adalah tetap berada di rumah
selama berlangsungnya wabah hingga terkendali. Kampanye tagar
stay at home pun harus dilakukan untuk menganjurkan orang tetap berada
di rumah sehingga meminimalisir penyebaran virus corona yang hingga kini belum
ada obatnya.
Dampak Virus Corona
Imbasnya, virus corona yang awalnya mempengaruhi sektor kesehatan, dengan
cepat juga menekan laju ekonomi dan industri. Data menunjukkan, pada triwulan
I 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia diumumkan sebesar 2,97 persen. Jauh
lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia dan Pemerintah. Sebelumnya
diprediksi pertumbuhan kuartal I 2020 pada level 4 persen.
Bersumber dari Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) Tahun 2021 yang diterbitkan oleh Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, menyebutkan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 sebesar 2,3% atau bisa juga ke level -0,4%, semula diprediksi 5,3% dalam APBN 2020.
Bersumber dari Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) Tahun 2021 yang diterbitkan oleh Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, menyebutkan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 sebesar 2,3% atau bisa juga ke level -0,4%, semula diprediksi 5,3% dalam APBN 2020.
Baca Juga: Cara Mengatasi Cabin Fever Di Masa Pandemi
Sedangkan dari potensi dampak sosial penurunan pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan pengangguran akan meningkat tajam. Ada dua skenario, untuk kemiskinan penambahan 1,89% pada skenario berat dan penambahan 4,86% pada skenario sangat berat. Untuk pengangguran akan bertambah 2,92% pada skenario berat dan penambahan 5,23% pada skenario sangat berat.
Potensi pelambatan ekonomi secara global diperkirakan menuju terjadinya resesi global. Sejumlah lembaga dunia sudah memperkirakan, JP Morgan yang memperkirakan pertumbuhan global tahun ini -1,1 persen, EIU -2,2 persen, IMF -3 persen, G.Sachs -3,1 persen, HSBC -3,3 persen, dan Fitch -3,9 persen.
Peluang Bisnis Secara Daring
Anjuran warga agar tetap di rumah telah memangkas kegiatan ekonomi tradisional atau
face to face. Jangankan untuk pergi berbelanja, belajar dan bekerja pun
dilakukan di rumah (learning/work from home). Hal ini memaksa orang
untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara daring atau online. Di masa
pandemi ini, menunjukkan semakin meningkatnya transaksi e-commerce di
Indonesia.
Riset Facebook dan Bain & Company menunjukkan, 44% konsumen di Asia
Tenggara, yang merupakan pengguna internet, berbelanja bahan pokok secara
online selama pandemi virus corona. Kedua perusahaan tersebut memperkirakan,
kebiasaan ini masih akan menjadi tren walaupun memasuki tata kehidupan baru (new
normal) nanti. Berbelanja bahan pokok melalui e-commerce atau media
sosial meningkat drastis sejak April 2020. Sekitar 80% dari konsumen pengguna
internet itu berencana terus berbelanja bahan makanan secara online.
Facebook dan Bain & Company menilai, tatanan kebiasaan baru merupakan awal
dari perjalanan bisnis untuk membentuk kemitraan baru, meningkatkan ketahanan,
dan mengadopsi layanan berbasis digital. Ditambah dengan metode pembayaran
digital semakin diminati.
Sebelumnya, survei e-commerce 2019 yag dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik Indonesia, tercatat sebanyak 15,08 persen usaha yang melakukan penjualan
barang/jasa melalui internet. Dari jumlah yang tercatat tersebut, sebanyak
72,83 persen usaha melakukan penjualan barang/jasa melalui internet pada tahun
2018, sementara 2,76 persen usaha tidak ada transaksi penjualan melalui
internet di tahun 2018, dan sisanya 25,11 persen usaha baru mulai melakukan
penjualan barang/jasa melalui internet pada tahun 2019. Diyakini data ini akan
meningkat pada tahun 2020.
Artinya ada peluang bisnis dan pemasaran. Berbelanja online menjadi tren di masa pandemi
virus corona. Tokopedia mencatat ada tiga kategori yang transaksinya meningkat
drastis sejak Maret yaitu kesehatan, keperluan rumah tangga, serta makanan dan
minuman. Tidak heran jika jumlah penjual baru di kategori kesehatan naik
hampir 2,5 kali lipat.
Lazada Indonesia mencatat kenaikan tidak hanya pada transaksi, tetapi juga
jumlah pembuatan akun baru di platformnya. Kenaikan penggunaan marketplace
salah satu penyebabnya adalah ditutupnya mall dan pusat perbelanjaan lainnya
pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga pebisnis dan
konsumen beralih ke pasar digital.

Beralih Ke Website Dan Marketplace
Agar usaha dan bisnis anda bertahan di masa pandemi yang entah kapan berakhir,
saatnya mengalihkan core bisnis anda ke pasar digital atau
e-commerce. Bagi pengusaha besar atau ritel yang telah memiliki merek
atau brand terkenal luas oleh masyarakat, tentunya
mengutamakan membangun website atau marketplace sendiri dalam memasarkan
produk-produknya. Hal ini berkaitan dengan branding perusahaan itu
sendiri. Peritel besar tentunya bisa fokus pada market yang telah ada dengan
jangkauan luas. Namun perlu diperhatikan pula dalam pembuatan website yang
ramah dengan smartphone. Hampir 70 persen konsumen menggunakan handphonenya
dalam berbelanja dibandingkan laptop atau desktop.
Bagi usaha rintisan atau kecil, sebaiknya memanfaat marketplace yang telah
ada. Tokopedia, Lazada, Shopee, dan Blibli atau lainnya dapat dipilih sesuai market dan
sasaran serta pengetahuan dalam memanfaatkan teknologi digital. Ini adalah
tahap pertama. Tahap kedua, setelah yakin akan usahanya berkembang, atau untuk membantu
branding bagi usahanya dapat di topang dengan website.
Baca Juga: The New Normal: Renungan Pasca Lebaran 2020
Mensinergikan website dan marketplace akan meningkatkan penjualan dan
branding perusahaan. Penggunaan website dan marketplace akan semakin
meningkatkan penjualan bila didukung dengan sistem pembayaran digital,
terjaminnya distribusi produk, serta jaminan purna jual (after sale).
Saat ini, membangun website atau marketplace sudah semakin murah dan mudah.
Domain murah pun dapat
diperoleh sehingga website atau marketplace yang dibangun sesuai dengan nama
perusahaan atau bisnis anda. Tentunya penggunaan domain sendiri dan
email domain sesuai
perusahaan akan semakin meningkatkan kepercayaan konsumen.
Akhirnya, hadirnya marketplace serta kemudahan dalam membuat website, semakin
menambah peluang untuk mengembangkan bisnis anda secara online.
Marketplace menawarkan masa yang banyak, namun website menawarkan
branding yang menjanjikan.
Meningkatkan Bisnis Anda Melalui Website Dan Marketplace
Reviewed by Massaputro Delly TP.
on
Kamis, Juni 11, 2020
Rating:

makasih sharingnya
BalasHapusSemoga bermanfaat, terima kasih kembali.
Hapus