Tradisi Panjang Mulud, Tradisi Budaya Masyarakat Banten

Sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat Banten, khususnya di Serang, dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW diselenggarakan Tradisi Panjang Mulud, atau diistilahkan juga dengan Ngeropok (ada juga dengan menyebut Ngegropok) Panjang Mulud. Tradisi ini berkembang dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat, diselenggarakan oleh masyarakat Serang, baik di kampung-kampung, di perumahan secara sederhana, maupun menjadi even besar yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah setempat.

Arti dari Ngeropok atau Ngegropok sendiri secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "Ngeriung" (kumpul-kumpul), atau juga ada yang menerjemahkan sebagai ajang rebutan dari "Panjang Mulud" itu sendiri. Sedangkan "Panjang Mulud" diartikan sebagai bentuk semacam sesajian, dalam masyarakat Jawa dikenal juga dengan "Gunung-Gunungan". Panjang ini berisi berbagai macam makanan, sandang, atau berbagai benda lainnya. Panjang di bentuk seperti perahu, mobil, atau rumah, tetapi secara umum biasanya berbentuk perahu atau kapal, kemudian dihias, baik dari kertas warna, daun kelapa muda, atau kain-kain perca. Ciri khas dari isi Panjang adalah selalu ada telur rebus, kemudian dimasukkan ke dalam kantong terbuat dari kertas sebesar telur itu sendiri, kemudian digantung-gantungkan dalam rangkaian Panjang.

Istilah atau penyebutan "Panjang" ini pun berbagai makna, ada yang menerjemahkan bentuk dari sesajian itu sendiri karena banyaknya Panjang yang ditampilkan atau bentuk kapal yang panjang, ada juga yang mengartikan karena panjangnya prosesi yang harus dilalui dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini.

Prosesi Panjang Mulud

  1. Tahap awal adalah masyarakat membuat Panjang, baik berkelompok maupun individu. Bagi masyarakat yang berada diperkampungan atau penyelenggaraan ini hanya berpusat di Masjid Jami (masjid utama) yang ada di daerah tersebut. Atau dapat disimpulkan biasanya penyelenggaraan Panjang Mulud diselenggarakan oleh Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) setempat dan masyarakatnya merupakan jemaah dari masjid tersebut. Bagi keluarga yang mampu akan membuat Panjang sendiri, bahkan dapat membuat beberapa Panjang sekaligus, bagi keluarga yang lainnya dapat bergabung untuk iuran dan membuat Panjang, biasanya dikoordinir oleh RT (Rukun Tetangga) atau RW (Rukun Warga).
  2. Tahap selanjutnya adalah, dibawah koordinasi DKM Masjid, atau biasa juga dibentuk kepanitiaan dari masyarakat itu sendiri, pagi hari pada saat penyelenggaraan Panjang Mulud ini, seluruh Panjang dikumpulkan di Masjid, atau tempat-tempat yang sudah ditentukan, tetapi biasanya tetap berada dekat dengan Masjid itu sendiri. 
  3. Dalam tahap ini, selain Panjang, masyarakat berkumpul dengan membawa berbagai macam makanan secara sederhana, seperti nasi dan lauk pauk, salah satu khasnya adalah nasi dengan sayuran tangkil (tumis kulit melinjo) dan lauk ikan bandeng, ada juga yang ditambahkan dengan mie/bihun goreng.
  4. Setelah berkumpul, acara selanjutnya adalah Selametan, berisi do'a-do'a memohon keselametan hidup agar selalu diberi ampunan dan rizki oleh Allah SWT, zdikir, tahlil, dan ceramah/nasehat singkat. Kemudian makanan yang dibawa oleh masyarakat tersebut dimakan bersama-sama oleh pengunjung atau masyarakat yang hadir.
  5. Tahap berikutnya adalah dimulainya prosesi arak-arakan Panjang, bila dalam masyarakat setempat memiliki kelompok "Terbang" (atau secara umum disebut juga dengan kesenian Rebana), maka kelompok "Terbang" inilah yang memulai prosesi arak-arakan dengan kendangan rebana dan nyanyian puji-pujian Islami. Selanjutnya arak-arakan Panjang dibawa oleh masyarakat keliling kampung, komplek atau jalan-jalan disekitar daerah tersebut dan kembali lagi ke tempat asal (atau Masjid yang dituju).
  6. Terakhir, sesampainya di tempat tujuan, dipimpin oleh sesepuh atau Kyai setempat, menyampaikan berakhirnya seluruh rangkaian prosesi Panjang Mulud, dan inilah semaraknya dari seluruh rangkaian prosesi, setelah kata penutup tersebut maka serentak masyarakat yang sudah menunggu dan mengiringi arak-arakan Panjang untuk berebutan seluruh isi dari Panjang, dan tersisa hanya kerangka dari Panjang itu sendiri.
  7. Masih dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW, pada malam harinya ada juga diselenggarakan Pengajian Umum dengan mendatangkan Kyai, Ustadz, atau Penceramah.

Berikut adalah foto-foto kegiatan Tradisi Panjang Mulud yang diselenggarakan oleh Jemaah Masjid di Perumahan Pemda Serang, Kelurahan Banjar Sari - Cipocok Jaya, Serang pada tanggal 20 Januari 2013.


 Sumber Foto: Iyoy Wicahyono
Tradisi Panjang Mulud, Tradisi Budaya Masyarakat Banten Tradisi Panjang Mulud, Tradisi Budaya Masyarakat Banten Reviewed by Massaputro Delly TP. on Minggu, Januari 20, 2013 Rating: 5

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
close