Coronavirus: Tagar Indonesia Terserah Wujud Kekecewaan


Pelonggaran kebijakan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB oleh Pemerintah, seperti operasionalnya angkutan udara dan moda transportasi lainnya, walau di gadang-gadang tetap berpedoman protokol kesehatan, tetap mengakibatkan kerumunan masyarakat.

Pemerintah tetap menyatakan larangan mudik, toh kenyataannya antrian dan kerumunan yang mengular tetap saja terjadi di bandara Soekarno Hatta (13/05/2020). Memang, Senior Manager Branch Communication and Legal Bandara Soekarno-Hatta Febri Toga Simatupang menyatakan bukan terjadi lonjakan penumpang. Penyebab utama penumpukan antrian akibat adanya proses verifikasi dokumen perjalanan sebagai syarat calon penumpang di masa larangan mudik.

Tetap saja, kelonggaran yang diberikan mengakibatkan kemungkinan penyebaran virus corona bisa tidak terkendali. Orang tanpa gejala (OTG) bisa menjadi pembawa virus corona dan menyebarkannya kepada orang lain. Pembawa virus ini disebut carrier. Pembawa virus dari OTG dimungkinkan karena sistem imun seseorang berbeda-beda. Orang dengan imun yang kuat tidak terlihat seperti sakit, sehingga serasa bebas kemana pun ingin bepergian.


Sebelumnya, ramai diberitakan kerumunan manusia pada masa pandemi dan PSBB di Jakarta pada saat berakhirnya operasional McDonald’s Sarinah (10/05/2020). Saat penutupan secara permanen tersebut, pengunjung McDonald's Sarinah dipadati pengunjung, antrean mengular hingga ke luar gerai dan menciptakan kerumunan di tengah PSBB.

Dilatarbelakangi kedua kejadian di atas, lahirlah tagar Indonesia Terserah yang disuarakan oleh warganet, khususnya dari para tenaga medis Indonesia. Tagar ini sebagai wujud kekecewaan masyarakat terhadap kondisi yang terjadi. Satu sisi para tenaga medis berjuang dengan taruhan terinfeksi virus corona, sisi lain terjadi kerumunan orang seperti tidak peduli terhadap tertularnya virus kepada siapa saja yang akhirnya menambah pasien di rumah sakit.

Kecewa kepada siapa? Kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia sendiri. Kecewa kepada pemerintah dengan penanganan COVID-19 seperti pelonggaran atau relaksasi PSBB dan kepada masyarakat yang tidak mengindahkan social distancing atau physical distancing.

Beroperasinya moda transportasi yang diizinkan oleh pemerintah katanya tetap berpedoman protokol kesehatan, nyatanya terjadi kerumunan. Pemerintah beralasan pelonggaran tersebut sebagai upaya tetap tumbuhnya perekonomian bangsa agar tidak menuju resesi ekonomi semakin dalam lagi.

Ya, data menunjukkan pada triwulan I 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia diumumkan sebesar 2,97 persen. Jauh lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia dan Pemerintah. Sebelumnya diprediksi pertumbuhan kuartal I 2020 pada level 4 persen. Skenario terburuknya, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 akan mencapai posisi minus.

Kebijakan pemerintah tidak lepas dari pernyataan Presiden RI Jokowi bahwa masyarakat harus hidup berdamai dengan corona, walau ditekankan pemerintah terus berupaya menekan penularan virus corona.

"Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan COVID-19 untuk beberapa waktu ke depan," jelas Jokowi.

Pilihan yang berat, antara penyelamatan manusia terhadap virus corona dan penyelamatan ekonomi yang ujungnya juga berdampak pada kehidupan masyarakat. Data kepolisian menunjukkan tingkat kriminalitas meningkat 10 persen pada masa pandemi dan penerapan PSBB di wilayah Jabotabek dari bulan Maret sampai dengan bulan April.

Selanjutnya, masyarakat Indonesia tidak disiplin dan tidak patuh terhadap anjuran social distancing. Relaksasi PSBB dari Pemerintah menjadi peluang bagi masyarakat untuk melakukan perjalanan. Apalagi saat ini memang masanya masyarakat Indonesia untuk mudik lebaran. Sisi lain, kerumunan McDonald’s Sarinah sebagai contoh kejenuhan di rumah saja.

Sejak awal ditemukannya virus corona di Indonesia, berbagai kalangan telah menyuarakan untuk dilakukan lockdown atau karantina wilayah, tetapi Pemerintah mengambil kebijakan PSBB. Kini, PSBB pun dianggap gagal. Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan karantina terpusat lebih efektif daripada isolasi mandiri (14/05/2020).

Akibatnya, prediksi akhir pandemi Covid-19 di Indonesia semakin mundur walau Pemerintah memiliki keyakinan pada bulan Juni 2020. Data dilansir dalam situs Singapore University of Technology and Design (SUTD) bertajuk 'When Will COVID-19 End' (25/4/2020), terdapat perubahan prediksi wabah corona di Indonesia yang sebelumnya diprediksi selesai di 6 Juni kini bergeser menjadi 23 September 2020.


Namun, prediksi adalah hal yang tidak pasti. Prediksi hanya untuk membantu perhitungan-perhitungan kebijakan yang dipilih pada masa pandemi ini.

"Prediksi pada dasarnya tidak pasti. Pembaca harus mengambil prediksi apa pun dengan hati-hati. Optimis yang berlebihan berdasarkan perkiraan tanggal akhir adalah berbahaya karena dapat melonggarkan disiplin dan kontrol kita dan menyebabkan perputaran virus dan infeksi, dan harus dihindari," lanjut keterangan dalam situs SUTD.

Sepertinya sekarang kita sudah harus menyesuaikan dengan kehidupan berdampingan dengan wabah pandemi COVID-19. Kebijakan pelonggaran atau relaksasi kehidupan PSBB sedikit demi sedikit akan diterapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, kita harus bersiap diri menerapkan kehidupan normal baru atau disebut dengan "New Normal Life". Kita harus bisa dan mampu untuk disiplin, menerapkan social distancing dan physical distancing hingga wabah virus corona berakhir.
Coronavirus: Tagar Indonesia Terserah Wujud Kekecewaan Coronavirus: Tagar Indonesia Terserah Wujud Kekecewaan Reviewed by Massaputro Delly TP. on Minggu, Mei 17, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
close